NSFW (Needed Space for Woman)
Seniman : Yusi Yuansa
Variable Dimensions
Mix Media
2023
Kurator: Juwita Wardah
PKK DAN PERTANYAAN AKAN RUANG
“Bagaimana para perempuan yang telah memasuki usia baya menghidupi mimpi dan mengaktualisasi diri mereka di ranah sosial?”
Kesadaran bagi para perempuan untuk mengaktualisasi diri mereka dapat dirasakan dengan banyaknya kesempatan bagi para perempuan untuk hadir di ranah publik. Sayangnya, ruang-ruang bagi para perempuan ini juga diklasifikasikan berdasarkan usia. Cakupan ruang bagi perempuan paruh baya, dalam hal ini mereka para ibu, tidak sebesar bagi mereka para perempuan belia. Merespon kesadaran akan kebutuhan ruang dan urgensinya bagi para perempuan paruh baya, Yusi Yuansa bereksperimen dengan ruang perempuan yang ada di sekelilingnya. Ketersediaan ruang bagi perempuan paruh baya pun mengantarkannya pada kelompok PKK, yang tidak asing baginya sebab selalu mengingatkannya pada kegiatan yang digeluti oleh sang ibu. Ia menyadari ragam rupa aktivitas yang dilakukan para anggota organisasi PKK ini membentuk aktualisasi diri mereka. Lantas, apakah PKK menjadi ruang, mengingat kelompok tersebut tidak pernah bersih dari sejarah panjangnya?
PKK tercatat sebagai kelompok yang dibentuk untuk memberikan “ruang” bagi perempuan, hal ini dapat ditinjau dari anggota dan kepengurusan di dalamnya. Akan tetapi, organisasi ini bukan digagas oleh figur perempuan untuk keberdayaan sesama perempuan. Organisasi ini diinisiasi oleh pemerintah yang menjadikan perempuan sebagai monitor dan penggeraknya. Tujuannya adalah membangun keluarga sebagai satuan terkecil masyarakat. Framing perempuan dalam keluarga ini mengindikasikan peran perempuan yang dilekatkan dengan peran di ranah domestik. Motif ini tidak menjadikan PKK sebagai ruang yang ramah bagi perempuan, mengingat kentalnya manipulasi unsur-unsur pengibu-rumahtanggaan dan ibuisme. Ibuisme negara menjadi ideologi gender yang membatasi dengan tujuan mengontrol dan menciptakan suatu tatanan yang hirarkis, dan ideologi ini terendus dalam praktik PKK.
Sementara itu, PKK masih terus berlangsung di lingkungan masyarakat dengan mempertahankan beberapa prosedur dan programnya. Melihat masifnya antusiasme orang terdekatnya dalam mengikuti program PKK, menimbulkan sekelebat tanda tanya bagi Yusi Yuansa perihal tawaran ketersediaan “ruang” bagi para perempuan paruh baya ini. Berkaitan dengan hal tersebut, karya NSFW (Needed Space for Woman) Puan ini lahir sebagai respon.
Ruang Perempuan dalam PKK Ngadiwinatan
Keberlangsungan PKK di masa kini masih menuai pro dan kontra dari masyarakat yang paham betul sejarah PKK dan memiliki kesadaran mengenainya. Dengan berpegang teguh pada kesadaran ini, Yusi Yuansa mencoba menafsirkan fakta lapangan yang ditemuinya pada PKK Ngadiwinatan. Berangkat dari kedekatannya dengan kegiatan PKK, Yusi Yuansa mencoba menemukan bentuk ruang yang ditawarkan oleh organisasi tersebut. Penemuannya ini dilakukan melalui riset lapangan sejak Maret hingga Mei yang membuatnya bersinggungan langsung dengan perempuan-perempuan paruh baya di PKK Ngadiwinatan. Ia secara aktif mengikuti kegiatan, berpartisipasi pada pelaksanaan program, hingga berkumpul dengan para anggota PKK di luar aktivasi kegiatan. Pendekatan yang dilakukannya ini untuk menciptakan kedekatan emosional agar memunculkan perasaan relevan dengan para anggota PKK. Yusi Yuansa berusaha sepenuhnya hadir untuk mempertanyakan PKK sebagai ruang, sekaligus berpijak pada fakta sejarah organisasi tersebut. Dua kesadaran itu dileburkannya untuk mencari jawaban atas relevansi PKK di masa kini setelah 66 tahun organisasi tersebut pertama kali digagas.
Dalam risetnya, ditemukan bahwa PKK Ngadiwinatan sebagai kelompok tertua yang berkelanjutan di wilayah tersebut. PKK memfasilitasi kebutuhan ruang bagi perempuan paruh baya yang mencari “ruang” yang dapat menerima mereka. PKK dianggap sebagai ruang terdekat bagi untuk mengaktualisasi diri mereka. Ageism tidak lantas membuat mereka nonproduktif, mereka justru secara aktif terus menciptakan dan melaksanakan kegiatan, misalnya lokakarya, dan posyandu lansia. Kegiatan tersebut sepenuhnya menjadi inisiasi para anggota yang ditengarai tanpa kontrol PKK pusat. Kegiatan-kegiatan ini menjadi hal yang mereka gemari sebagai perwujudan peran mereka di ranah masyarakat. Semua upaya para perempuan paruh baya ini menimbulkan simpati Yuansa dalam melihat minimnya ruang aktualisasi bagi mereka.
Simpatinya sebagai seorang perempuan yang melihat sesama perempuan membuatnya memanfaatkan PKK untuk menciptakan “ruang” baru dengan pembuatan karya arsip. Karya Puan ini berupa mading pengumuman yang merepresentasikan arsip bendawi lingkungan pemukiman Ngadiwinatan. Dalam karya ini, terkandung arsip-arsip berdasarkan agenda kolaboratif dengan beberapa individu di organisasi PKK Ngadiwinatan. Tujuan kolaborasi ini adalah sebagai saling silang antara mempelajari hal-hal yang biasa mereka lakukan, dan bagaimana “ruang” akan hadir di antara mereka. Dari persinggungan ini, lahirlah arsip-arsip berupa catatan hingga perabot yang merekam suara dan aspirasi para anggota PKK Ngadiwinatan. Arsip-arsip ini diandaikan sebagai rekayasa “ruang” yang disetting agar dapat direspon oleh pengunjung pameran, untuk menjadikan ibu-ibu ini “didengar”.
Profil Seniman : Yusi Yuansa
Yusi Yuansa, Lahir di Badung, Bali pada tahun 2000, baru saja menyelesaikan studinya di Prodi Film dan Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Yusi merupakan seniman visual yang saat ini berdomisili di Yogyakarta. Sebagian besar karyanya menggunakan teknik kolase sebagai medium utama yang kerap kali dikembangkan menjadi berbagai bentuk seperti karya video dan instalasi. Karyanya banyak berangkat dari berbagai perasaan yang dekat dengan dia. Namun, Yusi berusaha mengeksplorasi konsep kolase sebagai upaya melihat berbagai fenomena dalam masyarakat seperti isu-isu terkait identitas, gender, dan feminisme. Praktek keseniannya juga diaplikasikan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar dalam bentuk beragam lokakarya sebagai upaya untuk berinteraksi dengan berbagai topik dan isu dalam kegiatan yang partisipatif. Antara lain; Lokakarya dalam merespons hasil penelitian mengenai KBGO, Lokakarya inklusif bersama kawan-kawan difabel, hingga lokakarya sebagai medium edukasi literasi digital bersama wali murid dan anak-anak sekolah dasar. Yusi juga aktif mengikuti kegiatan kesenian seperti Pameran Rekoleksi Persuadarian (2022), Human Rights Festival Makassar (2022), dan Asana Bina Seni (2023).