Logam
Dimensi Bervariasi
2024
Kurator: Theresia Alit Kurniawati
Lokasi Karya: Joglo Pak Newu RT 02
Karya Bangkit berangkat dari kecintaannya dengan tosan aji dan pengetahuan sebagai masyarakat Jawa yang tinggal di Yogyakarta. Ada keresahan mengenai pelabelan mengenai keris yang selalu diidentikkan dengan hal mistik atau klenik serta praktik magis. Sedangkan dalam sebilah tosan aji terdapat berbagai macam pengetahuan yang dapat kita serap seperti ilmu mengenai pemilihan material, pengetahuan mengenai teknik pembuatan pamor, teknik tempa, makna filosofis serta relevansinya terhadap kehidupan keseharian pada masa kini. Ada 2 karya yang ditampilkan yaitu aktivasi karya berupa penempaan keris bertajuk “Dumadine Kiai Sawit” serta pameran keris para Kepala Dukuh Sawit bertajuk “Kiai Sawit”.
Pada karya yang dipamerkan, Bangkit ingin mengartikulasikan bahwa keris memiliki kumpulan pengetahuan, serta memori yang diwariskan turun temurun. Sebagai masyarakat Sawit dan juga seorang kepala Dukuh Sawit, Bangkit ingin mengantarkan kita menilik kesejarahan Dukuh Sawit melalui tosan aji para Kepala Dukuh yang masih menjabat serta pendahulu di Sawit. Kepala Dukuh tersebut antara lain Harjo Suwito, R. Jayeng Widagdo serta Bangkit Sholahudin. Adapun tosan aji yang dipamerkan adalah :
1. Harjo Suwito
Dhapur: Brojol
Pamor : Ngulit Semangka
Warangka : Wulan Tumanggal Kayu Timoho
Pêndhok : Bunton Motif Sêmen Mêrak
Dêdêr : Nunggak Semi Kayu Tayuman
Mêndak : Lugas Kuningan
2. R. Jayeng Widagdo
Dhapur : Jaradeh
Pamor : Tri Warna ( Toya Mambêng, Naga Rangsang, Adêg)
Warangka : Gayaman Kayu Galih Asêm
Pêndhok : Bunton Pêrak
Dêdêr : Nunggak Sêmi
Mêndak : Lugas Alpaka
3. Bangkit Sholahudin
Dhapur : Parungsari
Pamor : Lar Gangsir
Warangka : Gayaman Jogja Kayu Timoho
Pêndhok : Slorok Kuningan Motif Lung Mêrak
Dêdêr : Nunggak Semi Kayu Galih Kelor
Mêndak : Lugas Kuningan
Sedangkan dalam karya aktivasinya, Bangkit hendak mengartikulasikan mengenai proses penempaan keris merupakan proses yang panjang layaknya sebuah kehidupan. Bersama dengan paguyuban pinuwunan Jum’at Kliwon, Bangkit akan memverbalkan doa-doa dan harapan dalam sebilah keris. Karya ini akan mengambil syair-syair mengenai kematian dengan harapan kita kembali dan eling kepada sangkan paran atau asal muasal, yaitu Sang Pencipta. Aktivasi ini akan melalui beberapa proses, antara lain proses pembukaan, proses tempa, dan proses menyepuh bilah keris.
Bangkit Sholahudin lahir di Bantul pada 8 Februari 2000. Menempuh Pendidikan menengan dan atas di PP Ibnul Qoyyim Putra Piyungan sebagai santri. Saat ini melanjutkan studi S1 Sejarah dan Kebudayaan Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Bangkit mengenal dunia seni dari langgar pesantren saat mengampu bagian riyadhoh wal faniyah (olahraha dan kesenian) di Organisasi Santri Ibnul Qoyyim (OSIQ). Lama menempuh Pendidikan pesantran ditahun 2023 Bangkit Kembali ke desa asalnya, Panggungharjo dibarengi tugas menjadi kepala dukuh. Sehingga saat ini menjabat sebagai Dukuh Sawit, sebuah dusun di Desa Panggungharjo tempat diselenggaranya Biennale 17 tahun 2023. Juga sebagai mitra lokal penyelenggaran pameran Biennale 17 di Desa Panggungharjo. Bangkit tertarik dalam seni-budaya Jawa dan mendedikasikan diri dalam laku kebudayaan Islam-Jawa. Disela-sela kesibukan mengorkestra kegiatan dimasyarakat seperti Posyandu, PKK, KWT, Kelompok Tani, Karangtaruna, Kandang Kelompok, Jagawarga, administrasi desa dan tugas kewilayahan dibawah Lurah sebagai Dukuh, Bangkit aktif dalam kegiatan kebudayaan dan kesenian lokal desa. Seperti ikut merumuskan kebudayaan desa bersama Kelompok Desa Mandiri Budaya Mahardika Panggungharjo. Bangkit juga mendalami dunia seni dan kebudayaan kemasyarakatan yang berkembang di warga lokal Panggungharjo, terkhususnya tosan aji dan seni pertunjukan lokal. Aktif berkegiatan dan mendampingi paguyuban kesenian dan budaya Dusun Sawit seperti: Campursari Sekar Arum Sawit, Pemerti Kali Buntung, Paguyuban Solawat dan Syiir Jawi Malem Jumat Kliwon, Grup Hadrah Yasmiin 45 dan Paguyuban Gejog Lesung Maju Lancar. Paguyuban Gejog Lesung Maju Lancar turut tampil pada pembukaan Biennale 17 di Kampung Mataraman berkolaborasi dengan Monica Hapsari seniman musik asal Tangerang. Saat ini Bangkit menetap di Dusun Sawit RT02, Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY.