Kain bekas, benang, lonceng, besi, senar
Dimensi campuran
2024
Kurator: Aprilia Ariesty Wibowo
Lokasi Karya: Joglo RT 01
Manusia mengalami perjalanan hidup dimana di dalamnya terdapat kisah-kisah yang menjadi bagian dari linimasa yang dapat dibedakan satu sama lainnya melalui kejadian yang terjadi sepanjang hidupnya. Kisah tersebut dapat meliputi suka dan duka yang selalu menarik untuk diceritakan kembali sebagai sebuah pengingat dan penanda hidup antar manusia yang kemudian lestari sepanjang masa hingga ke keturunan berikutnya.
Matrahita merupakan kolektif seniman yang berkarya dengan memanfaatkan kain bekas pakai untuk membentuk objek dalam karyanya. Pilihan kain bekas pakai sebagai material karya dilatarbelakangi oleh sikap kritis Matrahita terhadap sampah kain yang sulit terurai dan kerap menjadi permasalahan lingkungan. Latar belakang tersebut kemudian diaplikasikan oleh Matrahita kedalam karya Kisah Sepanjang Masa yang berasal dari bagian kegiatan lokakarya yang diadakan bersama warga RT 01 yang diadakan selama empat waktu, pada tanggal 25 Juli, 29 Juli, 1 Agustus, dan 8 Agustus tahun 2024.
Matrahita dalam pengamatannya melakukan kegiatan bersama warga RT 01 yang diadakan di Pendopo Agung yang berlokasi di RT 01 Dukuh Sawit dalam bentuk workshop atau lokakarya dengan menjahit bersama dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan warga dalam bidang menjahit dan kemudian bagaimana mengelola hasil jahitnya untuk dijadikan produk yang siap untuk dipasarkan dalam Unit Mikro, Kecil dan Menengah.
Kegiatan lokakarya Matrahita tersebut dikemas dalam judul kegiatan Jahita Keliling Desa. Sebagai upaya awal dalam mengasah kemampuan dalam berniaga, Matrahita bersama peserta lokakarya akan ikut dalam kegiatan bazaar pada rangkaian kegiatan HUT RI Dukuh Sawit.
Dalam pemasaran produk hasil lokakarya tersebut, Matrahita memutuskan untuk tidak mengambil keuntungan atau hasil sama sekali, melainkan hasil dari penjualan akan diberikan sepenuhnya kepada peserta lokakarya yang sudah membuat produk hasil dari lokakarya tersebut.
Dalam lokakarya tersebut terjadi dialog antara Matrahita dan para peserta lokakarya. Dalam dialognya terdapat cerita mengenai keseharian para peserta lokakarya baik personal maupun yang berkaitan dengan sosial. Peserta lokakarya terdiri dari berbagai generasi dan rentang umur, pada peserta dewasa terdiri dari beberapa perempuan dewasa yang didominasi oleh perempuan yang sudah memiliki anak atau ibu-ibu, sedangkan anak-anak dan remaja terdiri dari kira-kira usia 6 hingga 17 tahun.
Pada karya ini, Matrahita mencoba menghadirkan narasi seputar kisah yang hadir pada kegiatan lokakarya yang telah dilakukan. Tiap kisahnya terdapat cerita-cerita yang berasal dari kehidupan keseharian seperti hobi anak-anak, cerita mengenai usaha yang ada di lingkungan Dukuh Sawit, hingga pengamatan Matrahita terhadap peserta yang masuk dalam kategori lansia yang kemudian diinterpretasikan ke dalam kisah mengenai ketekunan dan semangat dalam mengikuti kegiatan lokakarya.
Karya ini terdiri dari tiga bagian yang masing-masing merepresentasikan kisah antargenerasi. Karya berbentuk tabung yang diposisikan vertikal merepresentasikan keberlanjutan dan keharmonian. Sedangkan tiap ukuran karya yang berbeda-beda merepresentasikan narasi antargenerasi yang meliputi anak-anak, remaja, dan dewasa.
Dalam setiap objek terdapat figur yang tampak saling mengulurkan tangan antar satu sama lain sehingga menimbulkan kesan berpelukan. Gestur ini menggambarkan adanya rasa saling terhubung dan kedekatan antar warga Dukuh Sawit.
Pada objek berukuran tinggi 120 cm atau objek yang tampak paling kecil, terdapat objek-objek seperti kupu-kupu dengan warna ungu dan merah muda yang mendominasi. Objek dan warna ini merepresentasikan keceriaan dan kisah yang selalu menyenangkan ketika Matrahita berdialog dengan anak-anak. Kisah tersebut dapat digambarkan seperti bagaimana anak-anak bermain dan bercerita mengenai kegiatan sekolah. Objek kupu-kupu pada karya ini juga berasal dari bagian peristiwa ketika lokakarya berlangsung dimana lokakarya ke-2 dan ke-3 anak-anak perempuan mulai mengikuti kegiatan setelah sebelumnya memperhatikan dari jauh. Kehadiran anak-anak pada kegiatan lokakarya tersebut mengubah suasana lokakarya menjadi lebih ceria dimana di dalamnya anak-anak juga dibebaskan membuat apapun yang mereka suka dari bahan yang tersedia dan juga diperbolehkan untuk berlarian.
Pada objek setinggi 150 cm atau objek yang tampak berukuran sedang memiliki objek berbentuk ikan berwarna kuning yang terletak pada bagian atas. Objek ikan didapatkan Matrahita dari cerita mengenai usaha Bandeng Presto yang ada di sekitar Dukuh Sawit. Usaha tersebut merupakan usaha rumahan yang dapat merepresentasikan kisah para remaja hingga dewasa yang telah sibuk memikirkan perihal ekonomi. Melalui warna kuning, merah dan oranye, Matrahita mencoba menggambarkan kisah mengenai semangat untuk menggapai cita-cita dan asa demi kemakmuran hidup.
Pada objek berukuran 180 cm atau objek dengan ukuran yang memiliki kesan paling tinggi, memiliki narasi mengenai kisah masyarakat dalam kategori dewasa hingga lansia. Narasi tersebut bersumber dari kisah yang diceritakan oleh para ibu-ibu yang menjadi peserta lokakarya dimana para ibu bercerita mengenai kegiatan migrasi yang dilatarbelakangi oleh tuntutan mengikuti para suami bekerja, namun pada ketika suami dan para ibu pensiun, Dukuh Sawit menjadi tempat kembali para ibu untuk tetap produktif dengan membuka usaha dan bertani.
Karya ini mencoba menceritakan kembali pengalaman dan pengamatan Matrahita terhadap kehidupan Dukuh Sawit. Uluran tangan yang terdapat pada objek memperlihatkan adanya konsep gotong royong dan saling terhubung antar warga dengan bagaimanapun keadaannya. Sedangkan hewan dan tumbuhan yang ada pada tiap objek merupakan representasi dari pengamatan Matrahita akan keadaan geografis Dukuh Sawit yang asri walaupun Dukuh ini dikenal sebagai desa sub-urban yang tidak jauh dari kota, namun bentuk desa yang asri masih utuh tampak dan dirawat oleh warganya.
Karya seni dalam sebuah pameran merupakan sebuah artefak yang dapat menandai sebuah jaman sehingga dapat menjadi catatan penting dalam pembacaan sejarah. Kisah Sepanjang Masa tidak hanya menjadi sebuah artefak dalam pameran, karya ini sekaligus menjadi bentuk pengharapan dan doa untuk warga Dukuh Sawit agar kisahnya dapat abadi dan asrinya selalu dirawat dan lestari.
Matrahita adalah kolektif seni berbasis di Yogyakarta. Diinisiasi oleh Hafizh Hanani dan Kemala Hayati pada tahun 2019. Dalam pengkaryaannya, Matrahita terinspirasi dari dongeng, cerita rakyat Indonesia dan hubungan korelasi antara isu ekologi dan isu sosial dalam masyarkarat. Dengan tujuan menutur ulang kembali budaya melalui sebuah karya seni dengan menggunakan media berbahan sampah tekstil.
Matrahita sendiri berasal dari dua kata bahasa Sansekerta yaitu “Matra” yang berarti doa atau “mantra” (perubahan) dan “Hita” yang artinya kebaikan. Bila digabung berarti “Doa untuk kebaikan”. Dengan mengusung ide ini, Matrahita berharap dapat menjadi kolektif seni yang wadahi untuk saling berbagi ilmu tentang pengolahan sampah tekstil bagi masyarakat untuk belajar dan mendalami seni limbah tekstil, tidak hanya bagi anggotanya tetapi juga bagi masyarakat umum.
Selain berpameran, Matrahita memiliki beberapa kegiatan yang melibatkan masyarkarat, seperti Lokakarya JAHITA yaitu kegiatan menjahit tangan untuk berbagi ilmu tentang pengolahan sampah tekstil. Selain itu, Matrahita memiliki Bank Sampah Mini yang dapat menampung sampah tekstil masyarakat sekitar untuk diolah kembali menjadi bahan dasar dalam berkarya, kegiatan lokakarya maupun produk bernilai jual.