Karya: Sandi Jaya Saputra
Penulis: Kurnia Yaumil Fajar
“Pernah enggak kamu memperhatikan engsel di rumah?”
Pertanyaan itu muncul dari Sandi Jaya Saputra di tengah percakapan tentang proyek “Nothing is Imagined X https://.” Engsel merupakan bagian kecil yang penting untuk keberlangsungan benda besar seperti jendela atau pintu agar dapat bergerak. Bayangkan pintu tanpa engsel, maka sudah tentu tidak akan bekerja sebagaimana mestinya. Perhatiannya pada engsel, menjadi ilustrasi yang sesuai untuk mengenali lebih jauh apa yang Sandi lakukan dalam karya ini.
Tidak ada engsel dalam karya Sandi, melainkan serangkaian foto dokumentasi yang berangkat dari narasi-narasi personal dalam perjalanan hidup; tentang tanah kelahiran, lingkungan di mana ia tumbuh, kenakalan di masa muda, hingga kini telah berkeluarga. Proyek ini memberi perhatian pada bagaimana hal-hal kecil yang dialami dari waktu ke waktu mampu menyingkap hal-hal yang lebih besar terkait personalitas seseorang maupun hubungannya dengan kondisi sosial budaya yang berada di sekelilingnya.
Terdapat tujuh rangkaian foto terpajang di ruang pamer, juga satu telepon seluler yang menampilkan 10 “projects” dalam platform peta virtual Google Earth. Projects merupakan salah satu fitur di Google Earth yang memungkinkan pengguna untuk membuat peta dan cerita dari lokasi-lokasi yang dikehendaki. Fitur ini juga memungkinkan pengguna untuk menaruh gambar, video, juga teks pada titik peta. Sekiranya, potensi media inilah yang menjadi alasan Sandi dalam memindahkan dokumentasi pribadinya ke dalam Google Earth.
Dalam perjalanan hidupnya, Sandi terbiasa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Pertemuannya dengan Google Earth, seolah menjadi momentum napak tilas digital dengan menandai jejak mobilitas yang ia alami sejak kecil. Terdapat dua pemisahan foto yang dapat segera tampak dari perbandingan kualitasnya, yakni hasil reproduksi arsip-arsip foto keluarga yang mulai dipenuhi dengan jamur, dan foto-foto hasil jepretan Sandi yang mulai ia kerjakan sejak tahun 2012. Dua perbedaan ini menunjukkan keterputusan dokumentasi yang coba Sandi jahit untuk menggambar pengalamannya dengan sudut pandang orang pertama, di lingkup kehidupannya sendiri.
Bagi Sandi, proyek ini tidak akan pernah berakhir, proyek ini serupa cinderamata untuk masa depan. Atas dasar proyeksi keberlanjutan tersebut, alih-alih hanya mencetak dan memasukannya ke dalam album foto, Sandi membagikan karya Nothing is Imagined X https:// di awan (cloud). Di satu sisi, menaruh proyek di Google Earth dapat dilihat sebagai kesadaran akan kebutuhan untuk mengingat. Praktik ini menjadi cara untuk memudahkan Sandi ataupun keluarganya kelak dalam mengakses ingatan di masa lampau, berjaga-jaga bila kelak foto yang tercetak akan berakhir luntur atau rusak termakan zaman. Di sisi lain, Sandi juga turut menyumbangkan data pribadi ke awan. Menjadi bagian kecil dari jutaan informasi lain yang tersimpan sebagai data di internet, dengan segala kemungkinan konsekuensi juga resiko yang belum terbayangkan.
Nothing is Imagined X https:// seolah memberikan tawaran atas kemungkinan praktik arsip di masa mendatang. Tidak spesifik pada platform yang digunakan oleh Sandi, melainkan senada ajakan untuk terus terbuka sekaligus berjaga-jaga pada suatu hal yang tidak terbayangkan. Sehingga dalam praktiknnya, tidak hanya teknologi yang terus berevolusi, melainkan juga terus bermunculan strategi baru dalam penyampaian narasi/gagasan, seturut dengan semangat zaman.