Karya ini bermula dari keluh kesah dua teman baik tentang kondisi pandemi global COVID 19. Fokus karya ini adalah kegiatan bercocok tanam sebagai salah satu bentuk terapi, eksperimentasi dan eksplorasi. Bertanam teman dan juga berteman dalam kegiatan bertanam menjadi pilihan metode dalam berkarya. Korespondensi visual berupa rekaman foto dan video sebagai bentuk komunikasi tanpa tatap muka langsung dilakukan setiap hari untuk saling memberi kabar tentang perkembangan tanaman. Pada proyek ini kami memilih jenis sayuran mini (microgreens) untuk ditanam disesuaikan dengan durasi produksi karya. Microgreens adalah tanaman sayuran hijau dan herba yang dipanen di usia sangat muda, yaitu sekitar 10-14 hari atau setelah melewati proses perkecambahan.
Latar belakang fotografi juga akan kami aplikasikan dalam kegiatan ini, yaitu menata dan mengatur tata letak pencahayaan lampu tumbuh LED layaknya sebuah studio foto. Lampu tersebut berfungsi sebagai pengganti cahaya matahari sekaligus unsur estetis. Harapan kami agar proyek kecil dan sederhana ini dapat menginspirasi dan mengajak banyak orang untuk terus merawat pertemanan dan tanaman sebagai cara mensyukuri hidup.
Profil Seniman
Arum, perempuan kelahiran Solo ini memulai karir kreatifnya sebagai fotojurnalis Kompas. Lulusan Komunikasi di Universitas Sebelas Maret (2002-2007) dan kemudian meraih gelar Diploma dari Ateneo de Manila University tahun 2012. Ia menginisiasi sebuah ruang belajar, bernama “Kami Punya Cerita” di Tobucil and Klabs, Bandung, dan kini mengelola Omnispace, sebuah ruang alternatif di kota yang sama. Bersama Meicy Sitorus, ia juga berkarya di bidang musik dengan membentuk grup bernama Tetangga Pak Gesang.
Arum telah mengikuti banyak pameran seni, baik nasional maupun internasional,di antaranya yang penting #Perempuan, Space 28 VCA Melbourne, Pekan Seni Media Palu 2018, Jauh Dekat 2015: Kumpul Seni, Film, Musik dan Makan (bagian dari Kaleidoskop Project, kurator: Syafiatudina, 2015); dan Identity Crisis:Reflection on Public and Private Life in Contemporary Javanese Photography (2017) di Johnson Museum of Art, Cornell University, New York. Ia juga mengikuti sejumlah residensi, antara lain Village Video Festival (Jatiwangi Art Factory), Majalengka dan Cemeti – Institute for Art and Society, Yogyakarta.
Meicy Sitorus (1984), lulus dari Desain Industri di Fakultas Seni dan Desain di Institut Teknologi Bandung (ITB). Memiliki minat besar dalam fotografi, terlibat dalam beberapa lokakarya fotografi dan telah melakukan pameran fotografi. Karya-karya fotografi yang ia hasilkan berfokus pada tindak lanjut hal-hal pribadi, yang berkaitan dengan memori, waktu, dan sejarah. Baginya fotografi bukan hanya medium kerja dan alat dokumentasi; tetapi juga sebagai salah satu cara untuk membangun komunikasi dengan lingkungannya. Fotografi juga merupakan alat untuk membantu penelitiannya serta pemetaan sederhana untuk mendukung proses berkarya, hal ini banyak dipengaruhi oleh latar belakangnya dalam desain.
Berdomisili di Bandung, bekerja sebagai fotografer lepas serta desainer grafis, dan kini mengelola Omnispace, sebuah ruang alternatif di Bandung. Pada 2013, mendirikan duo bernama ‘Tetangga Pak Gesang’ dengan Arum Tresnaningtyas Dayuputri dan sejak itu telah aktif tampil di seluruh Indonesia, sebagai proyek sampingan di samping fotografi.
Arum dan Meicy, mereka bertemu saat mengikuti Angkor Photo Workshop pada tahun 2010 di Kamboja. Sebagai seniman, mereka aktif mengikuti residensi dan juga pameran seni baik nasional maupun internasional. Mereka juga tergabung dalam kolektif Omnispace dan kerap mengelola proyek-proyek seni bersama. Jogja Biennale menjadi ajang perdana mereka untuk berpameran dalam bentuk karya seni kolaborasi. Selain itu mereka juga memiliki proyek musik bernama Tetangga Pak Gesang sejak 2013.