Deskripsi Karya
Karya yang kami ajukan merupakan sebuah video berdurasi kurang lebih 10 menit yang merangkai catatan atau amatan- amatan seniman selama masa pandemi yang berupa foto dan teks yang dikerjakan secara kolaboratif, antara tiga seniman dari disiplin yang berbeda, yaitu; Fotografer, Penulis-sutradara, dan Videomaker yang selama pandemi memiliki pengalaman tatapan dan sikap yang berbeda satu sama lain.
Video rangkaian catatan dan hasil tatapan tersebut disajikan dalam tiga pembabakan; Bab Pertama, berisi catatan visual dan tekstual pada awal masa pandemi. Di mana rasa takut akan tertularnya virus yang menghantui, ditambah ketidaktahuan atas kebenaran informasi dan kegelisahan atas keberlangsungan hidup selama pandemi. Bab Kedua, bagaimana setelah berusaha untuk tetap waspada sembari bersiasat melangsungkan hidup yang terasa masih tidak menentu, kemudian mulai bisa berpikir lebih jernih untuk dapat mempelajari atau merefleksikan situasi ini. Bab Ketiga, mulai dapat menentukan sikap dan pola hidup yang lebih selaras dengan alam dan lingkungan.
KOLABORASI
Aspek kolaborasi dalam proses berkarya ini kami lakukan karena mengerjakan proyek secara bersama merupakan bentuk siasat bertahan hidup yang muncul dari rasa solidaritas di mana pengalaman di masa lalu mengajarkan bahwa dengan sikap tersebut kita bisa menghadapi berbagai krisis dan bencana. Selain itu juga aspek lintas disiplin yang sedikit eksperimentatif, diharapkan dapat menghadirkan pengalaman baru bagi penonton.
Proyek ini juga tidak diniatkan untuk memberikan solusi atau jawaban atas persoalan yang kita semua alami selama pandemi. Narasi subjektif dalam video ini lebih berfungsi untuk menunjukkan wajah kemanusiaan kita dan merefleksikannya dalam kehidupan. Sehingga kita dapat menentukan sikap dan tindakan kita di masa depan terutama hubungan kita dengan alam, bumi yang kita tinggali ini, dan kita dapat terhindar dari ledakan krisis global berikutnya yaitu puncak pemanasan global.
Profil Seniman
Wimo Ambala Bayang
Sebagai seniman yang bekerja dengan kamera, pandemi ini justru mendorong saya untuk lebih aktif di luar rumah. Karena sebagai seniman, bekerja di rumah atau di studio pribadi itu bisa dilakukan kapan saja. Previlesse itu saya gunakan untuk mengumpulkan catatan visual, dengan harapan dapat menjadi
evaluasi dan bahan perenungan untuk masa yang akan datang, karena sejarah terjadi dengan pola yang kerap kali berulang, maka belajar dari masa lalu demi menata masa depan merupakan tindakan bijaksana.
Arief Budiman
Terhitung sudah 3 bulan di masa pandemi ini, intensitas saya untuk berada di depan layar semakin meningkat. Dalam masa ini pula, internet dan segala macam berita yang dimilikinya perlahan memberikan dampak buruk bagi pikiran, salah satunya adalah ketakutan yang berlebih. Pada kolaborasi ini saya ingin membagikan sedikit ketakutan yang saya rasakan, ketakutan yang saya dapatkan dari paparan berita-berita buruk tanpa henti. Ketakutan yang timbul dari rasa kesal terhadap kinerja pemerintah dalam menangani pandemi, ketakutan yang mungkin bisa membuat orang lain berpikir untuk tidak menyepelekan pandemi di masa yang akan datang.
M. Erlangga Fauzan
Masa pagebluk Covid-19 membuat saya lebih memperhatikan hal-hal kecil dan berbagai kejadian. Saya menjadi lebih menghargai setiap helaan nafas. Walau awalnya sangat sulit. Adaptasi saat berada terus-menerus di dalam rumah tidaklah gampang, bahkan membutuhkan keberanian di luar kemampuan saya selama ini. Hal- hal kecil dan kejadian itu seringkali saya bekukan lewat tulisan, mulai dari bercorak opini, diari, komentar, dan puisi. Sebagai tulisan, teknologi menyimpan memori, saya berharap tulisan- tulisan yang saya buat menjadi cermin zaman dan peringatan, yang mengungkap dan berkisah tentang hal-hal, peristiwa, dan pengalaman selama masa pandemi berlangsung.