Asana Bina Seni
(Se)tempat
9-19 Juni 2023
Sekilas, tema ini seperti sok keren, akrobat, dan mencoba sederhana dengan tampilan satu kata yang digabung penggalan kata dalam kurung- Se(tempat). Namun, ada keseriusan di balik pemberian tanda kurung yang memisahkan “Se” dengan “Tempat”. Lewat konfigurasi morfem macam di atas, maka pada dasarnya judul ini juga turut mengajak pembaca, penonton, panitia, semuanya, untuk memberi fokus pada dua hal sekaligus.
Pertama, pada penggalan tanpa tanda kurung, yakni “Tempat”. Karya seniman-seniman Asana Bina Seni 2023 banyak yang menjadikan tempat, secara harfiah, sebagai titik berangkat sekaligus medium yang direkayasa untuk menceritakan keresahannya. Pada fokus pertamanya ini, “Tempat” dalam “(Se)tempat” mengajak apresian untuk membayangkannya sebagai objek.
Beberapa seniman dengan dada yang busung membicarakan tempat hidupnya. Bukan dalam gestur sengak yang primordial, apalagi chauvinis, laku kembali ke lokal justru dilakoni untuk membicarakan hal-hal di yang lebih besar. Ada yang bicara tentang bukit-bukit batu untuk menjamah perkara pascakolonialitas. Ada pula yang bicara tentang budidaya tembakau untuk menyentuh relasi patron-klien berbasis agama. Ada pula yang bicara tentang motif etnik untuk mengabarkan kerusakan lingkungan.
Tempat sebagai medium juga jamak dijumpai dalam pameran Asana Bina Seni 2023 ini. Beberapa seniman serta-merta menampilkan tempat, suatu setting yang punya kisah, ke dalam ruang pamer. Tempat minum teh keluarga Tionghoa, tempat kongko orang-orang Batak, tempat tanah dijual dan imajinasi modernitas diasong, hingga tempat yang direka dan dibabar dalam peta. Tempat juga meliputi medium berupa artefak-artefak keseharian yang menandakan sense of place, perasaan keruangan, bagi seniman dalam konteks isu karyanya. Benda-benda di pesisir Madura hingga benda-benda yang mendefinisikan aktivitas perempuan di ruang publik jadi dua dari sekian contoh yang bisa disebutkan.
Kedua, barulah tema ini patut dibaca secara utuh, “Setempat”, sebagai morfem yang identik dengan kata sifat. Warga setempat, makanan setempat, adat setempat; contoh penggunaan “setempat” yang jamak dijumpai. Namun, alih-alih terjebak makna keruangan yang sempit, setempat perlu diperluas hingga mencakup sebuah titik pijak mula-mula yang digunakan oleh seniman untuk membaca dan mengisahkan isu. Ketika seniman bicara gender, dia bicara tentang hal yang sehari-hari dia lakoni -sebuah performativitas. Ketika seniman bicara isu lingkungan, mereka berpijak pada rasa dan amatan yang harian alih-alih sesuatu yang jauh.
Memang, (Se)tempat punya potensi primordialisme -tentang siapa yang asli dan yang oplosan; yang berhak dan tidak berhak bicara. “KTP mana?”; “Asli mana?”; dua dari sekian ekspresi primordial yang bisa saja muncul dari perasaan sebagai yang-setempat. Namun, relasi kuasanya perlu dibaca teliti sebab upaya untuk memecah dan membelah warga pastilah datang dari mereka yang punya kuasa; mereka yang perlu memutus solidaritas warga.
Untuk itu, pameran ini menawarkan Se(tempat) sebagai metode (yang sebenarnya tidak) baru untuk melihat lokalitas. Dia bukan sesuatu yang tipikal, eksotik belaka, dan eksklusif. (Se)tempat, sebaliknya, adalah metode untuk peka terhadap kekhususan sejarah, penindasan yang spesifik, serta konteks-konteks perlawanan yang berlainan sehingga butuh dialog intens terus menerus. (Se)tempat adalah upaya untuk melihat ke dalam, melihat yang empirik, sebelum merespons hal-hal yang jauh, yang abstrak; sebuah benang merah . Hanya dengan inilah empati bisa tumbuh dan solidaritas bisa subur.
Evolusi Kinetika
Aji Ardoyono
Every Day is The Same Thing II
Aman Syahril
Baur Lebur
Awi Nasution
Nandur Ora Tukul
Brebes Artdictive
Rambut
Fredy Hendra
Pindahin!
Ivonne Kani
Lapo dan Segelas Pengetahuan
Kawan Pustaha
Paè’na Bhàbàr
Ma'rifatul Latifah
Turun Temurun
Matrahita
Awikworks Oprex Budoyo
Muzeian
A Taste of Inheritance
Nessa Theo
The Unseen Self
Nisa Ramadani
Periphery of the Wind
Reza Kutjh
Tafsir Kuasa Agraria
Shodiq
I’m So Nervous
Sophie Trinita
Gur-Gur’e Gumok
Sudut Kalisat
Tilas Laut
Tanglok Art
Void Century
Titik Kumpul Forum
Racikan Keluarga
Tutti Frutti
NSFW (Needed Space for Woman)
Yusi Yuansa
Talawang Diri
Zakaria
sajjāda
Zuraisa
Ardhias Nauvaly
Ivonne Kani, Kawan Pustaha, dan Sudut Kalisat
Dayna Fitria
Fredy Hendra, Tutti Frutti, dan Zuraisa
Ima Gusti
Ma'rifatul Latifah, Matrahita, Nisa Ramadani, dan Reza Kutjh
Juwita Wardah
Titik Kumpul Forum, Yusi Yuansa, dan Zakaria
Muhammad Farid
Awi Nasution, Brebes Artdictive, dan Muzeian
Samuel Bonardo
Aji Ardoyono, Awi Nasution, Nessa Theo, dan Sophie Trinita
Sekar Atika
Tanglok Art Forum dan Shodiq